CANDITA #23: MARHABAN DI MARABAHAN
MARHABAN DI MARABAHAN CANDITA #23 “Pergilah, niscaya engkau temukan ganti atas apa yang kau tinggalkan. Bekerjalah, karena kenikmatan hidup itu …
MARHABAN DI MARABAHAN CANDITA #23 “Pergilah, niscaya engkau temukan ganti atas apa yang kau tinggalkan. Bekerjalah, karena kenikmatan hidup itu …
MEREKA BILANG KAMI ROMANTIS [suplemen untuk pasangan segala umur] CANDITA #22 “… Sepanjang hidup bersamamu Kesetiaanku tulus untukmu Hingga akhir …
KONTRAK KERJA = KONTRAK HIDUP CANDITA #21 EM-O-YU Setiap kita akan bekerja di sebuah perusahaan, biasanya kita disuruh tandatangan kontra …
PLIN-PLAN, GO A HEAD CANDITA #20 “Pagiiiiii…” Begitu biasanya Tim Pandu Out Bound pas ngasih materi Team …
MY NAME IS “BRO” [behind the stage story ‘dibuang sayang’] CANDITA #19 SEPERTI DITAMPAR SENDIRI “Good Morning, …
Seperti yang dituliskan dalam Beranda Kata, Latief mulai menulis sejak ia menyadari “butuh media yang lebih santun melampiaskan amarah, sedih dan hujaman.” Sebelumnya, Latief mengekspresikan rasa itu dengan cara yang (mungkin) kurang santun seperti: menghantamkan tinju ke pohon dan tembok saat kecewa dan marah, mengurung diri di kamar dalam lautan kesedihan, memecahkan piring dan gelas serta mematahkan kaki kursi, dan berkelahi dengan dengan rekan-rekan yang berselisih paham dengannya. Hal itu ia lakukan, “sampai pada suatu titik balik, saat ayahku harus dipanggil menghadap-Nya, aku sadari bahwa mamaku tak akan kuat seorang diri menghadapi polah tingkahku yang brutal ini. Haruskah aku membuat mamaku selalu meneteskan air mata menghadapi keonaran yang aku buat, sedangkan hidup yang ditanggungnya kian berat?”, begitulah Latief yang telah menemukan hikmah di balik cerita dukanya.
Kami datang dari berbagai daerah se-Indonesia, tak jarang di antara kami datang dengan sudut pandangnya masing-masing. Perbedaan pendapat di antara kami tak jarang terjadi. Namun itu semua melebur dengan sendirinya menjadi satu rasa kebersamaan, apalagi di saat akhir menjelang diklat selesai. Rasanya menyesal jika kemaren kami telah melakukan kekhilafan kepada kawan-kawan. Rasanya baru kemaren kami bertemu dan saling mengenal. Namun, tak terasa waktu terus bergulir, hingga angka 90 itu pun berpamitan.
BUKAN APA YANG KAMU BERIKAN, TAPI BAGAIMANA CARA KAMU MENYAMPAIKANNYA [setiap orang punya cara sendiri] CANDITA #16 “Memberikan sedekah Rp. …
Mengenang Guruku, Drs. H. Suryadi, SH, M.Hum Sosok Yang Dirindu Pertama kali saya mengenal Drs. H. Suryadi, SH, M.Hum di …
MIMPI ITU AKHIRNYA BERTEPI [cerita tentang mimpi seorang sahabat] CANDITA #15 “Bukan seberapa besar mimpimu, tapi seberapa besar kamu untuk …